SOSIOLOGI

Jumat, 24 Desember 2010

Industri dan Masyarakat

Dalam arti luas industri yang berkaitan dengan teknologi ekonomi perusahaan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya telah sangat mempengaruhi masyarakat . pengaruh tersebut bias berupa nilai-nilai pengaruh fisik terhadap masyarakat dan usaha industrial interes group untuk mempengaruhi masyarakat.
Industri memiliki pengaruh yang menimbulkan akibat fisik di dalam masyarakat . akibat yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya industri bias berbagai bentuk yang berbeda. Bila suatu kuta sangat tergantung hanya kepada satu jenis industri atau perusahaan , perkembangan industri atau perusahaan tersebut akan menentukan apakah kota tersebut berkembang atau hancur. Munculnya industri baru dalam suatu wilayah akan memberikan pengaruh besar terhadap jumlah tenaga kerja .dengan munculnya wilayah industri baru maka kota kota kecilyang hanya tergantung kepada pertambangan timah, menjadi kota-kota besar dan padat penduduknya. Kota tersebut berkembang menjadi tempat tinggal  tenaga kerja yang jumlahnya cukup besar.
Form dan miller pada tahun 1960 mengatakan bahwa ada 5 jenis intraksi antara interes group tersebut dengan masyarakat yaitu :
1.      Bisiness-detect pihak perusahaan menentukan jam kerja karyawannya, tanpa mempertimbangkan efeknya terhadap kehidupan rumahtangga, dan para karyawan harus menyesuaikan kehidupan keluarga mereka dengan kegiatan industri
2.      Business-detect sama seperti diatas akan tetapi sudah ada aturan –aturan kerja yang lebih lanjut, hanya ia masih ditentukan oleh pihak manajemen
3.      Labour-mediated pihak buruh dalam hal ini organisasi buruh, mencoba ikut ambil bagian dalam menentukan jam kerja
4.      Equilibrium organisasi buruh cukup kuat, begitu juga pengaruh masyarakat
5.      Family-mediated dalam interaksi macam nilai-nilai keluarga cukup dominan
Ada teori lain mengenai interaksi antara industri – masyarakat dengan menggunakan empat pendekatan yaitu :
1.      Structural functional yaitu meliputi penyebaran industri dalam berbagai sub system masyarakat lain
2.      Compensation dimana industri yang dianggap sebagai sumber sosiabilitas tidak mungkin ada di dalam masyarakat local.
3.      Welfare (kesejahteraan) suatu pendekatan terhadap peristiwa-peristiwa di dalam masyarakat, dimana pihak industri mengambil bagian dalam partner masyarakat
4.      Power industri menjadi sumber kekuatan yang mempengaruhi masyarakat.
Pengaruh masyarakat terhadap industri
Masyarakat telah merasakan berbagai bentuk pengaruh dari adanya industri dan kadang kala masyarakat sendiri ikut memperkuat atau memperbesar skala pengaruh tersebut akibat interaksi antara pihak buruh dan pihak manajemen biasanya baru dirasakan baik oleh pihak pengusaha, pihak organisasi buruh juga oleh pemerintah jika terjadi peristiwa pemogokan buruh akan mempengaruhi perputaran roda ekonomi
Sebagai pengusaha pemerintah secara langsung berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi melalui 4 cara :
1.      Pemerintah sebagai pembeli terbesar dari barang-barang dan jasa untuk menjalankan roda pemerintahannya
2.      Pemerintah sebagai majikan kurang lebih 1 juta orang penduduk inggris bekerja pada pemerintah dari seluruh pekerja inggris yang berjumlah 24 juta orang.
3.      Pemerintah memberikan pengaruh langsung kepada kegiatan bisnis dengan melalui berbagai kegiatan lembaga keuangan yang dimilikinya misalkan bank, akan tetapi tidak ikt langsung dalam kegiatan manajemennya.
4.      Pemerintah sebagai pengusaha langsung dengan memproduksi barang-barang dan menjualnya secara terbatas
Hubungan Industri dengan Hukum
Pada tahun 1974 pemerintah partai buruh yang menggantikan kedudukan partai buruh menggantikan kedudukan partai konservatif telah membatalkan UU 1971 tersebut tetapi berbagai pasal diantaranya masih tetap diberlakukan (thomson dan englemen,1975 hal 159) beberapa bagian dalam industri yang berkaitan dengan masalah hukum perburuhan yang masih diberlakukan adalah :
1.      Hubungan antara majikan dan buruh diatur b erdasarkan hukum publik serta peraturan lain seperti UU serikat tahun 1974 dan UU hubungan perburuhan serta UU keselamatan kerja tahun 1975
2.      Undang-undang yang mengontrol tentang kondisi pekerjaan meliputi pengaturan tingkat jaminan kesejahteraan dan keselamatan kerja.

Model dan Klasifikasi

Pugh (1971) telah mengelompokan 6 model utama yang berasal dari berbagai disiplin ilmu yang berbeda yang secara garis besarnya akan diuraikan dibawah ini :
  1. Teori ekonomi
Teori ini menengahkan suatu model organisasi yang mempunyai ciri khas dalam tujuannya yaitu keuntungan maksimal dalam kerugian minimal.dalam menerangkan dan memecahkan persoalan yang ada dalam suatu organisasi dikembangkan suatu model perusahaan tiruan.
  1. Teori teknologi
Para ahli teknik adalah kelompok kedua yang mengklaim bahwa teknologi adalah variabel utama dari kondisi internal struktur organisasi beserta kondisi lingkungannya. Suatu model organisasi yang ditinjau dari peranan teknologi telah di kembangkan oleh woodward (1970) thompson (1967), perrow (1970) dan trist (1967). Karena teknologi adalah suatu variabel penting di dalam kerja organisasi.
  1. Teori individu
Teori ini memfokuskan perhatiannya pada masalah sikap tingkah laku dan ciri-ciri pribadi individu yang ada dalam  organisasi. Maslow (1945) dan herberg (1966) dengan analisanya tentang kepuasan kepuasan kerja, hirarki kebutuhan dan motivasi untuk mengembangkan diri. Telah ditolak oleh teori individu ini.
  1. Teori kelompok
Teori ini didasarkan atas hasil penelitian Elton mayo dan eksperimen Hawthone. Teori ini sangat mementingkan peranan pola kepemimpinan dan norma-norma yang berlaku dan menyatakan bahwa kendala bagi organisasi dan pengembangan orientasi individu hanya dapat dimengerti jika buruh dilibatkan dalam kegiatan kerja.
  1. Teori struktural
Model birokrasi yang merupakan penemuan weber yang terkenal (gert dan mill, 1948) telah menjadi pedoman bagi sejumlah studi empiris lainnya tetapi telah menjadi sasaran banyak kritikan


  1. Teori manajemen
Teori ini dijelaskan oleh fayol (1949) titik berat teori ini ialah usaha untuk memaksimalkan produktifitas. Teori ini menganggap hirarki wewenang sebagai hal yang wajar dan memperlakukan manusia sebagai manusia mesin.
Etzioni (1975) serta blau dan scott (1963) telah mencoba membuat suatu klasifikasi organisasi yang didasarkan  atas bentuk hubungan antara organisasi dengan para anggotanya. Bentuk hubungan tersebut dekenal dengan sebutan complience relationship artinya suatu bentuk hubungan antara autory dengan para anggotanya dengan perlengkapan organisasi. Bentuk-bentuk complience relationship adalah
§  Coercive dimana pihak penguasa berusaha memaksa para anggotanya untuk melakukan perbuatan tertentu contohnya organisasi penjara.
§  Remunirative dimana pihak, dimana pihak penguasa memperhitungkan keterlibatan kalkulatif, misalnya perusahaan dan industri.
§  Normative, pihak pengauasa berusaha mengerahkan para anggotanya agar mengikuti satu norma-norma atau nilai tertentu.
Burns pada tahun 1967 telah menunjukkan bahwa terdapat suatu kelemahan besar dalam tipologi Etzioni. Jika ada kecenderungan untuk melakukan penyesuaian, bagaimanakah cara organisasi memulainya? Apa tujuan penesuaian tersebut. Hal-hal ini ternyata tidak terdapat dalam uraian tipoligi Etzioni. Selain itu Etzioni pun tidak dapat menjelaskan bagaimana individu-individu dalam organisasi memandang  posisi dan peranan mereka satu sama lain.
Blau dan scott, (1963) menggunakan suatu prinsip diferensiasi ”siapa yang menggunakan” dan ”siapa yang mendapat keuntungan”. Mereka mengusulkan bahwa lapisan-lapisan masyarakat yang mengkonsumsi output organisasi dapat digunakan untuk mengidentifikasi tipe-tipe  organisasi dan karakteristik partisipasi para anggotanya serta berbagai problema yang dihadapi organisasi. Dengan prinsip-prinsip di atas mereka mengklasifikasikan organisasi tersebut menjadi :
-          manual benefit organizationis, yaitu suatu organisasi dimana semua anggotana memberikan keuntungan terhadap organisasi tersebut, contoh : Lion Club, yayasan-yayasan.
-          Owners weal organizations, tipe organisasi ini kira-kira sama dengan tipe organisasi normatif
-   Common weal organizations (organisasi kemasyarakatan), suatu tipe organisasi dimana para penyumbangnya adalah masyarakat umum, contoh : PMI, organsasi-organisasi kampung seperti RT, RW, dan sebagainya.
Burns menyatakan bahwa pendekatan bahwa pendekatan yang dilakukan yang dilakukan oleh Blau dan Scott telah menimbulkan suatu problema, yaitu mengenai istilah ”penyumbang utama”. Seolah-olah ia memberikan suatu kesan adanya suatu kelompok penyumbang yang kokoh dan kompak. Kenyataannya kebanyaka kelompok penyumbang sering terpecah-pecah dan saling bersaing.
Suatu kesimpulan umum mengnai teori-teori ang diajukan oleh Etzioni, Blau dan Scott adalah bahwa organisasi bersifat kompleks dan tidak mudah diklasifikasikan hanya dengan satu kriteria atau hanya dalam satu dimensi. Untuk membuat suatu klasifikasi, kita harus mempertimangkan ”faktor-faktor eksternal, berbagai aksi dan interaksi dalam organisasi dan output perilaku organisasi” (Hall, 1977. hal.41). cara-cara untuk mengklasifikasikan organisasi dengan memperhitungkan semua faktor organisasi dengan memperhitungkan semua faktor di atas bisa dilakukan dengan penelitian terhadap taksonomi organisasi. Penelitian terhadap teksonomi organisasi ini dengan menggunakan dasar-dasar teori yang dikembangkan oleh Etzioni, Blau dan Scott (Hall, 1967), tetapi hasil yang didapatkan dari penelitian tersebut masih memiliki banyak kelemahan, karena dari variabel-variabel yang dipilh, seperti komleksitasm spesifikasi, dan formalisasi ternyata tidak semuanya dapat menerangkan realita organisasi. Ia hanya merupakan salah satu variabel yang bisa digunakan, sehingga tidak bisa menjelaskan realita organisasi secara keseluruhan.
Teknologi telah lama dianggap sebagai suatu variabel penting dalam kaitannya dengan organisasi. Tetapi baru-baru ini Perrow (1970) telah menyatakan bahwa teknologi adalah satu variabel independen yang menjadi suatu pusat pengaruh terhadap semua struktur organisasi. Teknologi, demikian kataya, berhubungan langsung dengan materi-materi yang diproses oleh organisasi dan dengan berbagai enis kegiatan penelitian yang dilakukan di dalam organisasi. Berbicara mengenai masalah teknologi kita sering bertemu dengan istilah ”raw material” dalam konteks organisasi ini bisa bermacam-macam seperti apa yang dikatakan oleh Parrow yaitu : mungkin berupa ... lingkungan hidup, manusia, atau yang lainnya seperti suatu lambang (simbol) atau benda mati. Manusia merupakan suatau bahan baku di dalam perubahan kemasyarakatan : atau di dalam proses-proses organisasi kemasyarakatan ; atau di dalam proses-proses organisasi kemasyarakatan ; atau di dalam proses-proses organisasi kemasarakatan ;simbol adalah suatu material yang sering dipakai oleh bank, agen-agen periklanan dan beberapa organisasi riset. Interaksi di antara berbagai jenis manusia jga merupakan suatu raw material yang sering dimanfaatkan oleh para administrator dalam organisasi (hal. 195)
Organisasi yang memiliki manusia dan simbol sebagai raw materialnya sering memiliki manusia dan simbol sebagai raw materialnya sering memiliki ketidakseimbangan, dengan pengecualian kalu salah satu material tersebut bukanlah suatu veriabel. Perbedaan di dalam material akan menyebabkan perbedaan dalam proses organisasi dan perbedaan tugas dan struktur yang muncul dalam organisasi yang tidak mempunyai tugas-tugas rutin, sedang sebaliknya pusat struktur formal yang berkaitan dengan teknologi selalu mempunyai tugas-tugas rutin.
Argyris pada tahn 1972 telah mengkritik formulasi yang diuat oleh perrow beserta usahanya untuk mengembangkan suatu tipologi komparatif dengan menggunakan teknologi sebagai variabel utamanya. Dia mengkritik bahwa usaha Perrow dalam menganalisa organisasi telah mengabaikan variabel-variabel lain diluar teknologi, misalkan kontrol administrasi dan gaya-gaya kepemimpinan, sehingga ”gagasannya mengenai penyesuaian antara teknologi. Setruktur organisasi dan kegiatan administrasi antara teknologi, struktur organisasi dan kegiatan administrasi adalah konsep yang statis”. Selanjutnya dia mengatakan :
Karena persepsi individu sama sekali diabaikan dalam organisasi tersebut, maka prediksi yang terkandung dalamnya tidak bisa diterima. Sebagai contoh teori itu menganggap adanya perbedaan penting antara tingkahlaku para pekerja di pabrikdengan sikap dan perilaku para mahasiswa di universitas. Padahal suatu teori yang menggunakan tinjauan psycho perceptual justru menunjukkan adana suatu kesamaan sebagai contoh kegiatan rutin dalam kehidupan, kendala-kendala dalam menghadapi atasan (agi mahasiswa bisa dosen atau rektor) atau juga tekanan untuk berproduksi (bagi mahasiswa bisa berupa tekanan untuk mendapat nilai yang baik) dan sebagainya”.
Akhirnya, agyris menunjukkan bahwa tidak ada cara yang jelas untuk memahami suatu bentuk organisasi baru yang sangat tergantung terhadap karakteristik individu atau kelompok (1972, hal44)
Sejauh ini kita telah mempelajari sejumlah klafikasi organisasi yang didasarkan atas suatu variabel sebagai dimensi utamanya untuk menguraikan proses-proses dan struktur organisasi. Kenyataannya mereka tidak berhasil untuk menjelaskan karakteristik organisasi yang sangat kompleks dan berbeda . suatu ilustrasi yang menggambarkan kekuarangan teori tersebut ialah munculnya pengakuan terhadap perbedaan lingkungan dimana organisasi bergerak, baik secara politik, ekonomi, hukum. Maupun demografi dan teknologi. Child  pun telah menunjukkan bahwa kesulitan yang dialami untuk mempelajari struktur dan proses-proses yang ada dalam organisasi, yang memiliki sifat-sifat-sifat yang kompleks, memiliki variabelitas tinggi serta sering berbeda satu sama lain (1972 hal.2). laurence dan Lorsch pun mengatakan bahwa faktor lain yang mempengaruhi adalah adanya suatu hubungan diantara faktor-faktor eksternal (diferensiasi dan integrasi, serta proses konflik yang ada di dalam tubuh organisasi) yang cukup kompleks (1967 hal 157). Juga hasil penelitian yang dilakukan oleh pugh dan lain-laintelah menemukan sejumlah variael kontekstual yang berkaitan dengan organisasi secara struktural. Pola-pola internal, seperti aktivitas, otoritas dan aliran kerja berkaitan erat bahkan saling bergantung dengan ukuran organisasi dan teknologi dalam organisasi.
Organisasi berdiri di atas sejumlah faktor internal dan eksternal yang memberikan pengaruh dan tekanan dalam berbagai tingkat ukuran. Child mengatakan bahwa:
” pada saat sekarang ini, beberapa model organisasi yang telah dikembangkan kurang begitu mampu menerangkan masalah karakteristik organisasi. Karena model-model tersebut tidak memperhatikan semua faktor internal dan eksternal serta kaitannya satu sama lain”. (1972 hal. 1)
Untuk mengatasi hal itu, child mengajukan usul untuk mempertimbangkan peranan holder of power yang menjadi menjadi media di antara variabel-variabel kontekstual dengan pola-pola srukturnya. Dia menyatakan bahwa pemegang kekuasaan mampu memberi crak terhadap suatu struktur organisasi dengan kekuasaannya, sehingga dengan mempelajari karakteristiknya kia akan dapat mengetahui dan mempelajari suatu struktur organisasi (1972 hal.17).

Minggu, 05 Desember 2010

DEMOKRASI ( SOSIOLOGI POLITIK )



Penjelasan-penjelasan dari bagan-bagan demokrasi diatas

A.    Defenisi Demokrasi
Dapat disimpulkan bahwa demokrasi  dianggap sebagai sistem yang dapat menjaga keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.istilah demokrasi sebetulnya berasal dari bahasa Yunani , yakni “Demos “yang berarti rakyat atau penduduk setempat, dan “ Cratein”atau “kratos” yang berarti pemerintahan. Jadi,  secara bahasa (etimologis) demokrasi adalah pemerintahan rakyat banyak.

B.     Pemerintahan Demokrasi
1.    Ide partisipasi
Suatu rakyat yang ikut serta dalam proses pengambilan keputusan dalam bidang politikdan pemerintahan, baik langsung maupun tidak langsung.
2.    Ide pertaanggung jawaban
Disni suatu pemimpin pemerintahan yaitu presiden dia harus mempertanggung jawabkan semua tindakannya kepada rakyatsebab ia memerintah berdasrkan wewenang diberikan olehnya kepada rakyat.
3.    Ide kesamaan
Disini ada dua perbedaan antara kesamaan dalam libaralisme dan kesamaan dalam demokratisme. Liberalisme yaitu kesamaan dalam mendapatkan perlindungan hukum,baik atas dirinya mupun atas miliknya. Demokratisme berarti kesamaan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan hukum dan pemerintahan.
 
C.     Transisi dan Konsolidasi Demokrasi
1.    Terbentuknya restorasi  atau sistem otoriter dalam bentuk baru.
2.    Terjadi revolusi sosial yang di sebabkan menajamnya konflik-konflik kepentingan di tengah masyarakat.
3.    Liberalisai terhadap sistem otoriter, yang diiilakukan oleh penguasa pascamasa transisi, dengan tujuan mendapat dukungan politis dan mengurangi tekanan masyarakat.
4.    Penyempitan proses demokrasi dari sistem liberal  kepada demokrasi limitatif.
5.    Terbentuknya pemerintahan demokratis.
Contohnya pada kelompok borjuis dan kelas menengah yang munculkan kekuatan yang signifiakn berpengaruh.

D.    Demokrasi dan Etno-Religius
Menurut pendapat Hefner, hubungan antara demokrasi dan kebangkitan etno religius tidak selamnya berlawanan. Sebab demokrasi tidak hanya klaim barat atau eropa, tetapi berkembang dalam wilayahdan dimensi yang lebih luas dari awal kemunculannya. Bantahan Hefner atas pandangan sempit demokrasi   tersbut tampak pada pernyataan yang mengutip sosiolog perancis dan yang lainya.
E.     Demokrasi dan Kepercayaan
Dapat disimpulkan bahwa kepercayaan dapat disebut juga dengan keyakinan. Kepercayaan sebagai keyakinan akan mrnjadi komitmen terhadap suatu dari pada hanya sebagai bentuk keyakinan berarti ada harapan (expetation) yang diberikan oleh seseorang kepada yang lainnya untuk memperoleh kesepakatan dalam kerja sama tersebut.

F.      Kepercayaan sebagai prasyarat demokrasi
Menurut pendapat Lucien pye membedakan dua tipe budaya politik, budaya-budaya yang terbangun atas kebenaran fundamental bahwa ia adalah mungkin untuk percaya dan bekerja dengan sekelompok orang” dan budaya-budaya terbangun atas “harapan bahwa kebanyakan oarang adalah tidak dipercaya dan bahwa orang asing secara terpisah mungkin berbahaya “ (pye dan Verba . ini adalah yang awal bahwa ia mengasosiasikan dengan demokrasi.

Nama kelompok :
  1. Sutrisno
  2. Rahamah
  3. Eni puspa
  4. Wenefrida












Minggu, 28 November 2010

makalah penelitian tindakan kelas

A.    JUDUL
UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KONFLIK SOSIAL DENGAN METODE PEMBELAJARAN STAD KELAS XI IPS2 SMAN 1 SUKADANA

B.     BIDANG ILMU SOSIOLOGI

C.    LATAR BELAKANG
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan sosial untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai. Sosiologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami kahidupan sosial secara sistematis , sehingga sosiologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta , konsep-konsep, dan prinsip-prinsip saja tetapi merupakan suatu proses penemuan. pembelajaran sosiologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya.

Hasil belajar yang dicapai siswa tidak terlepas dari proses pembelajaran yang dilaksanakan guru dikelas serta sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Besarnya partisipasi aktivitas siswa dalam belajar merupakan petunjuk dan faktor yang baik dalam menentukan tentang kualitas proses pembelajaran. Untuk memudahkan proses pembelajaran tersebut guru harus dapat memilih strategi, metode  dan model pembelajaran  yang sesuai, agar dapat meciptakan situasi dan kondisi yang kondusif supaya proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan serta memperoleh hasil yang diharapkan.

Kenyataan yang peneliti alami di lapangan yaitu di kelas XI IPS2 SMAN 1 Sukadana, masih banyak ditemukan sebagian besar siswa menunjukan aktivitas dan hasil belajarnya dalam belajar sosiologi masih belum memuaskan. Hal ini terbukti dari keaktifan dan hasil belajar siswa masih rendah  dan Komunikasi di kelas masih terjadi satu arah yaitu guru (peneliti) sebagai pengajar disamping itu peneliti melihat dari cara belajar siswa dan nilai rata-rata hasil tugas siswa pada mata pelajaran sosiologi di kelas XI IPS2 SMAN 1 Sukadana yang peneliti koreksi  masih tergolong rendah dan di bawah rata-rata standar Ketuntasan Minimum (SKM) adalah nilai 60.

Dalam mengatasi masalah yang telah dipaparkan di atas tersebut, saya selaku guru sosiologi di SMAN 1 Sukadan sekaligus sebagai peneliti ingin memecahakan masalah yang saya temukan yaitu rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Sosiologi khususnya pada materi konflik social siswa kelas XI IPS2 SMAN 1 Sukadana tersebut dengan model (Student Teams-Achievement Divisions) STAD

D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang telah di tulis pada latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana penerapan atau pelaksanaan model pembelajaran diskusi dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa?.

E.     TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui faktor penghambat dalam upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa/i serta bagaimana penerapan model pembelajaran  diskusi di kelas X SMAN 1 SUKADANA, secara lebih mendalam tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk:
1.      Untuk mengetahui bagaimana motivasi siswa kelas X SMAN 1 SUKADANA dalam mengikuti proses pembelajaran Sosiologi khususnya pada materi konflik sosial
2.      Untuk mengetahui hasil siswa X SMAN 1 SUKADANA setelah menggunakan mtode pembelajaran diskusi.

F.     MANFAAT PENELITIAN
Adapun yang menjadi manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaiman meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran diskusi.
2. Bagi Siswa
Dari hasil penelitian tindakan kelas ini dapat memebantu siswa  dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
3. Bagi Guru
Melalui penelitian tindakan kelas ini mudah-mudahan dapat membantu guru agar dapat meningkatkan moivasi dan hasil belajar siswa.
4. Bagi Pihak Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model pembelajaran yang digunakan dalam rangka upaya perbaikan mutu hasil belajar siswa di sekolah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Pengertian aktivitas belajar
1)      Aktivitas
Menurut Anton M. Mulyono (2001 : 26), Aktivitas artinya “kegiatan atau keaktifan”. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktifitas.
Menurut Sriyono aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

2)      Belajar
Menurut Oemar Hamalik (2001: 28), belajar adalah “Suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut adalah: pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap.
Sedangkan, Sardiman A.M. (2003 : 22) menyatakan: “Belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep ataupun teori”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.

Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya.

B.     Hasil Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan

C.    Konflik  sosial
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.

Menurut Kartono & Gulo (1987), konflik berarti ketidaksepakatan dalam satu pendapat emosi dan tindakan dengan orang lain. Keadaan mental merupakan hasil impuls-impuls, hasrat-hasrat, keinginan-keinginan dan sebagainya yang saling bertentangan, namun bekerja dalam saat yang bersamaan.

Konflik adalah suatu pertentangan yang terjadi antara apa yang diharapkan oleh seorang terhadap dirinya, orang lain, orang dengan kenyataan apa yang diharapkan (Mangkunegara, 2001). Konflik juga merupakan perselisihan atau perjuangan di antara dua pihak (two parties)yang ditandai dengan menunjukkan permusuhan secara terbuka dan atau mengganggu dengan sengaja pencapaian tujuan pihak yang menjadi lawannya (Wexley &Yukl, 1988).

Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak yang bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas dasar kesadaran pada masing-masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan (Syaifuddin, dalam Soetopo dan Supriyanto, 2003).

Konflik dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau pertentangan pendapat antara orang-orang, kelompok-kelompok, organisasi-organisasi yang disebabkan oleh adanya berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen, serta menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan gagasan

D.    Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Menurut  T. Hani Handoko ( 2003:252), mengemukakan bahwa motivasi adalah: “Keadaan pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan”.

Menurut H. Hadari Nawawi (2003:351), pengertian dari motivasi adalah: “Suatu keadaan yang mendorong atau menjadi sebab seseorang  melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar”., Sedangkan Menurut A. Anwar Prabu Mangkunegara (2002:95), mengatakan mengenai motivasi adalah “kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan dengan lingkungan kerja”.

Dari pengertian-pengertian motivasi diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia dapat mencapai tujuannya.

E.     METODE PENELITIAN
1.      Bentuk  penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian  tindakan kelas ini instrumen yang akan digunakan peneliti adalah observasi atau pengamatan langsung pada guru dan siswa, penyebaran angket dan wawancara kepada siswa. Observasi atau pengamatan langsung dilakukan pada siswa yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan proses belajar mengajar, tujuan ini ialah untuk menemukan kendala-kendala yang menjadi penghambat dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru dan siswa sedangkan Penyebaran angket dan pelaksanaan wawancara pada siswa setelah peneliti melakukan penelitian tindakan yang dilakukan pada setiap siklus hal tersebut bertujuan untuk mengukur dan mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran sosiologi khususnya pada materi konflik sosial.
Dalam Pelaksanaan tindakan kelas,  peneliti menggunakan dua siklus. Adapun pelaksanaan kedua siklus tersebut  ialah sebagai berikuat:

a)      Siklus Pertama
Pelaksanaan proses pebelajaran pada siklus pertama mata pelajaran sosiologi khususnya pada materi konflik sosial menggunakan model pembelajaran Jigsaw oleh peneliti sekaligus guru dengan tindakan atau langkah-langkah sebagai berikut:
1)      guru mempersiapkan rencana pembelajaran
2)      Pada pertemuan pertama saya selaku guru menjelaskan pengertian konflik social dengan secara umum yaitu hanya sebagai pembukaan
3)      Guru membentuk kelompok, yang masing-masing kelompok  anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll)
4)      Guru memberi tugas sesuai materi kepada masing-masing kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat  menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
5)      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu (kerja sama)
6)      Memberi evaluasi
7)      Kesimpulan
8)      Penutup

b)     Siklus Kedua
proses pembelajaran pada siklus kedua ini akan peneliti laksanakan berdasarkan yaitu sebagai berikut:
1)      hasil refleksi padasiklus pertama dan rencana pembelajaran
2)      pelaksanaan tindakan perbaikan melalui proses belajar mengajar
3)      pelaksanaan evaluasi
4)      pelaksanaan analisis hasil belajar dan hasil observasi

2.      Teknik dan alat pengumpulan data
a)      Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam pemnelitian tindakan ini dilakukan dengan cara observasi langsung
b)     Alat pengumpulan data
Alat pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini dilakukan dengan menggunakan soal test.

c)      Validitas data
Dalam pernelitian tindakan ini akan dilakukan validisi data yaitu dengan melihat bukti fisik di lapangan, observasi dan sekaligus wawancara langsung dengan siswa.

3.      Analisa data
Dalam penelitian tindakan ini akan dilaukan analisis data secara deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi

F.     PERSONALIA PENELITIAN
Dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini agar berjalan dengan baik peneliti ditemani oleh beberapa persnalia yaitu sebagai berikut:
1. Sudirman Hatta: Selaku peneliti sekaligus sebagai guru Sosiologi.
2. Kurniawan        : Anggota penilai sekaligus Wali Kelas XI IPS2 SMAN Sukadana.

G.    JADWAL PENELITIAN
Dalam melaksanakan penelitian kelas ini agar dapat berjalan dengan baik peneliti memerlukan waktu 4 kali pertemuan dengan membuat jadwal kegiatan yaitu sebagai berikut:


SIKLUS I
Hari/ tanggal
Waktu
Kelas
Personalia
Senin, 10 -05 -2010
07.00 s/d 08.30
XI IPS2
1. Sudirman Hatta



2. Kurniawan




Rabu, 12-05-2010
08.30 s/d 10.00
XI IPS2
1. Sudirman Hatta



2. Kurniawan





SIKLUS II
Hari/ tanggal
Waktu
Kelas
Personalia
Senin, 17 -05 -2010
07.00 s/d 08.30
XI IPS2
1. Sudirman Hatta



2. Kurniawan




Rabu, 19-05-2010
08.30 s/d 10.00
XI IPS2
1. Sudirman Hatta



2. Kurniawan





H.    OBSERVASI DAN ASSESTMENT
Observasi dilakukan pda siklus satu untuk mengamati prilaku siswa, motivasi, metode pembelajaran, suasana pembelajaran dan materi yang disampaikan. Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Observsi ini dilakukan oleh seorang observer atau lebih dalam hal ini observer yang dimaksud adalah orang yang akan melaku tindakan itu sendiri dan anggota tim yang lain. Observasi ini dilakukan dalam rangka pengumpulan data baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi langsung melalui guru dan siswa di kelas, sedangkan data kuantitatif akan diperoleh melalui peyebaran angket, wawancara serta evaluasi. Alat bantu yang digunakan dalam melaksanakan obserasi langsung yaitu tape rokorder, lembar angket, lembar soal.

I.       ANALISIS DAN REFLEKSI
Berdasarkan analisis data yang diperoleh dari setiap langkah yang dilakukan meliputi:
1.      dalam penelitian ini data yang akan dikumpulkan oleh peneliti terdiri dari dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
2.      data kualitatif akan diperoleh oleh peneliti melalui pengamatan langsung kepada guru yaitu bagaimana guru memberikan motivasi siswa sebelum pelaksanaan proses pembelajaran dan kepada siswa yaitu bagaimana motivasi dan minat siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.
3.      adapun data kuantitatif diperoleh melalui pelaksanaan evaluasi yaitu dilakukan kepada siswa dengan cara tertulis seperti penyebamberan angket dan pemberian soal ganda dan uraian.
Berdasarkan data di atas ternyata masih belum bisa meningkatkan motivs dan hasil belajar siswa maka peneliti akan melakukan refleksi, adapun tahapan refleksi tersebut yaitu sebagai berikut:
1.      Refleksi pertama akan dilakukan peneiti jika hasil penelitian diperoleh rata-rata motivasi kurang dari 50% dan hasil belar siswa masih berada di bawah  atau di bawah standar kelulusan maksimum yaitu dengan nilai 60 dan apa bila Refleksi I belum berhasil maka penelitian melakukan Siklus  yang ke 2 dengan model yang sama
2.      refleksi kedua akan dilakukan pneliti tetapi masih mengunakan metode pembelajaran diskusi tetapi proses dan stratgi pembelajaran yang digunakan berbeda dengan siklus I. Jika dari hasil penlaian pada siklus kedua ini, nilai yang diperoleh rata-rata siswa meingkat hingga mencapai 75 % dan diatas nilai rata-rata SKM, maka peneliti tidak akan lagi melakukan siklus ketiga.